Di setiap daerah yang di huni suku melayu sejak dulu selalu melakukan tradisi Mandi Berlimau setiap menyambut bulan suci Ramadhan, seperti di kepulauan riau dan tanah minang tradisi ini disebut juga dengan mandi balimau. Untuk masyarakat melayu di sumatera utara khususnya Melayu Deli, mandi berlimau ini sebenarnya bukan mandi menggunakan limau (jeruk) saja, tetapi menyapukan atau menyiram air ke kepala (seluruh rambut) dengan air yang di rebus dengan beberapa tumbuhan wewangian.
Bahan-bahan tumbuhan wewangian pada umumnya minimal terdiri dari daun limau purut, daun serai wangi, daun nilam, bunga pinang, dan daun pandan. Semua bahan tersebut di rebus dalam satu wadah dengan air secukupnya untuk dimandikan oleh seluruh keluarga. Beberapa temuan juga di dapati bahawa Mandi Berlimau ini dilakukan juga selain suku melayu, yaitu dengan nama mandi pangir. Nah, kalau ramuan tumbuhan untuk pangir ini sangat mudah kita temukan di tempat penjualan bunga jiarah, bisanya H-5 menjelang buasa ramuan musim tahunan ini sudah ada di jual.
Tempat Dan Waktu Mandi Berlimau
Zaman dulu biasanya Mandi Berlimau dilakukan di tepian sungai secara beramai-ramai, bahkan ada juga sambil makan di sungai sebelum mandi. Mandi berlimau tersebut dilakukan pada H-1 menjelang hari pertama puasa, hari ini juga disebut masyarakat melayu deli dengan nama hari Megang. Waktu mandi berlimau tidak seragam di setiap daerah, ada yang siang hari, ada juga menjelang sore hari (setelah ashar). Ada juga sebagian masyarakat melakukan mandi berlimau ini di pagi hari saat mau mandi subuh tepat pada hari pertama puasa.
Tradisi Mandi Berlimau secara beramai-ramai di sungai saat ini sudah mulai berkurang peminatnya, salah satu sebabnya adalah karena beberapa aliran sungai yang ada sudah berkurang kualitas kejernihan dan kebersihannya. Selain itu, beberapa tumbuhan sebagai bahan wewangian juga sudah sulit di temukan.
Kalau dulu tumbuhan wewangian untuk ramuan Mandi Berlimau tersebut sangat mudah di temukan, sehingga ada nilai-nilai silaturrami saat mengumpulkan ramuan tumbuhan tersebut. Biasanya para orang tua mengajak keluarga atau tentangga untuk berkunjung (silaturrahmi) ke rumah keluarga atau tetangga yang diyakini ada menanam ramuan tumbuhan tersebut. Aktivitas init dilakukan pada H-3 s/d hari Megang, ramai masyarakat melayu saling mengunjungi keluarga satu dengan keluarga lainnya demi mendapatkan tumbuhan yang lengkap.
Zaman sekarang semua sudah praktis, wanginya air rebusan tumbuhan wewangian bahkan bisa dikalahkan dengan shampoo yang di produksi oleh pabrikan. Namun demikian, sampai saat ini Mandi Berlimau tersebut tetap saja ada yang melakukan. Walaupun bahannya tidak selengkap dulu dan yang melakukan juga tidak seramai dulu, masih ada masyarakat melayu bahkan non suku melayu melakukannya yaitu dengan bahan ramuan pangir. Nama mandi berlimau menggunakan pangir ini pun berubah nama menjadi mandi pangir, untuk mendapatkan ramuan pangir tentunya lebih mudah, sampai saat ini selalu ada yang menjual pangir mulai H-5 menjelang puasa pertama.
Waktu mandi pangir ini ada yang melakukan di sore hari H-1 Puasa, ada juga yang melakukannya di pagi hari saat mandi menjelang subuh tepatnnya di hari pertama menjalankan puasa. Berkat perhatian dan semangat para pedagang pangir sampai saat ini, tradisi Mandi Berlimau Menyambut Pusa inipun masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat melayu dan suku lainnya secara turun temurun.
0 Komentar